Cerita ini
merupakan cerita tentang Mesti (kemudian orang-orang memanggilnya Gandrung Temu
Mudaiyah), seorang penari Gandrung Banyuwangi yang mengalami penderitaan di
balik terhiburnya para tamu/penonton yang umumnya laki-laki pada pertunjukan
itu. Mulai dari kehidupannya sebelum menjadi penari Gandrung, bagaimana ia
menjadi seorang penari Gandrung, sampai cinta kasih yang dialaminya semasa
berprofesi menjadi penari. Di sisi lain, pengamat Tari Gandrung, Soemitro Hadi,
bercerita mengenai pandangan masyarakat mengenai tari tersebut. Oleh karena
itu, tulisan ini bercerita tentang Manusia dan Cinta Kasih, Manusia dan
Pandangan Hidup, dan Manusia dan Penderitaan.
Terlebih
dahulu, kita akan mengetahui apa itu kesenian Gandrung Banyuwangi yang terdapat
dalam cerita ini. Satu lagi, tulisan ini mengacu kepada sebuah video yang
berjudul Gandrung: Panggilan Jiwa yang Menari dengan link:
https://www.youtube.com/watch?v=cQNoo3Cqt2I&feature=youtu.be
Gandrung
Banyuwangi
Gandrung
Banyuwangi adalah kesenian asal Banyuwangi, Jawa Timur. Kesenian ini merupakan
tari tradisional yang amat terkenal di Banyuwangi. Bahkan, ia telah menjadi
ciri khas daerah itu.
Dalam
pementasannya, Gandrung terdiri dari 3 tahap, yaitu jejer, maju
atau ngibing, dan seblang subuh. Jejer merupakan bagian
pembuka seluruh rangkaian pertunjukan Gandrung. Pada tahap ini, penari
menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tidak bersama tamu. Para
tamu, yang umumnya laki-laki, hanya menyaksikan.
Selanjutnya,
maju. Tahap ini adalah saat penari menari bersama para tamu. Tamu-tamu
penting mendapatkan kesempatan terlebih dahulu untuk menari bersama-sama dengan
penari. Setelah selesai, penari mendatangi para penonton dan meminta salah satu
penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Bagian ini diselang-seling
dengan maju (tamu menari bersama penari) dan repén (nyanyian yang
tidak ditarikan), yang berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh.
Terkadang, dalam pertunjukan ini, terjadi kekacauan yang disebabkan oleh para
penonton yang menunggu giliran atau mabuk sehingga perkelahian tak terelakkan.
Tahap
terakhir yaitu seblang subuh yang merupakan bagian penutup seluruh
rangkaian pertunjukkan Gandrung Banyuwangi. Setelah selesai maju dan
istirahat sejenak, seblang subuh dimulai. Tahap ini diisi tarian dengan
pantun-pantun penuh nasihat dan permohonan maaf penari atas kekurangan dalam
pertunjukan.
Pandangan
seseorag terhadap ini
Penari
Gandrung seringkali mendapatkan citra negatif di tengah masyarakat luas.
Beberapa kelompok sosial tertentu, terutama santri, menilai bahwa penari
Gandrung adalah perempuan yang berprofesi sangat negatif dan mendapatkan
perlakuan yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan, bahkan terdiskriminasi
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagian maju
pada rangkaian pertunjukan Gandrung Banyuwangi yang terkadang terjadi kekacauan
(perkelahian) di dalamnya akibat para penonton yang menunggu giliran atau mabuk
bisa memperkuat pandangan negatif masyarakat terhadap kesenian ini, seperti apa
yang dikatakan Soemitro Hadi dalam video tersebut, “Pada tahapan inilah sering
muncul kegiatan atau adegan yang kadang-kadang di luar norma” dan “Lebih tragis
lagi apabila suasana ini dipacu dengan panasnya minuman keras sehingga
penyajian dari Gandrung itu sendiri semakin tidak pantas. Mungkin hal inilah
yang menjadi sebab menurunnya minat atau menurunnya apresiasi masyarakat,
bahkan menurun pula minat dari para generasi muda untuk menjadi penari
Gandrung”.Mengetahui
pandangan masyarakat tersebut, dapat kita pahami bahwa pandangan manusia dapat
terbentuk dari informasi yang beredar dan pengamatan sekilas maupun peninjauan
langsung dan pengamatan menyeluruh. Apalagi pandangan itu berasal dari kelompok
sosial yang berbeda dengan pola pikir yang sensitif terhadap perbedaan norma
dan budaya yang mereka anut. Dampaknya juga beragam. Contohnya dalam video ini,
diperkirakan pertunjukan Gandrung yang tidak pantas menyebabkan kurangnya minat
dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian Gandrung.
REFERENSI
https://www.youtube.com/watch?v=cQNoo3Cqt2I&feature=youtu.be
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar