Senin, 25 April 2016

Cerita Gandrung Bayuwangi dan Silsilah Kisah Seseorag di Dalamnya (Manusia dan Pandangan Hidup)



Cerita ini merupakan cerita tentang Mesti (kemudian orang-orang memanggilnya Gandrung Temu Mudaiyah), seorang penari Gandrung Banyuwangi yang mengalami penderitaan di balik terhiburnya para tamu/penonton yang umumnya laki-laki pada pertunjukan itu. Mulai dari kehidupannya sebelum menjadi penari Gandrung, bagaimana ia menjadi seorang penari Gandrung, sampai cinta kasih yang dialaminya semasa berprofesi menjadi penari. Di sisi lain, pengamat Tari Gandrung, Soemitro Hadi, bercerita mengenai pandangan masyarakat mengenai tari tersebut. Oleh karena itu, tulisan ini bercerita tentang Manusia dan Cinta Kasih, Manusia dan Pandangan Hidup, dan Manusia dan Penderitaan.

Terlebih dahulu, kita akan mengetahui apa itu kesenian Gandrung Banyuwangi yang terdapat dalam cerita ini. Satu lagi, tulisan ini mengacu kepada sebuah video yang berjudul Gandrung: Panggilan Jiwa yang Menari dengan link:

https://www.youtube.com/watch?v=cQNoo3Cqt2I&feature=youtu.be

Gandrung Banyuwangi

Gandrung Banyuwangi adalah kesenian asal Banyuwangi, Jawa Timur. Kesenian ini merupakan tari tradisional yang amat terkenal di Banyuwangi. Bahkan, ia telah menjadi ciri khas daerah itu.

Dalam pementasannya, Gandrung terdiri dari 3 tahap, yaitu jejer, maju atau ngibing, dan seblang subuh. Jejer merupakan bagian pembuka seluruh rangkaian pertunjukan Gandrung. Pada tahap ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tidak bersama tamu. Para tamu, yang umumnya laki-laki, hanya menyaksikan.

Selanjutnya, maju. Tahap ini adalah saat penari menari bersama para tamu. Tamu-tamu penting mendapatkan kesempatan terlebih dahulu untuk menari bersama-sama dengan penari. Setelah selesai, penari mendatangi para penonton dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Bagian ini diselang-seling dengan maju (tamu menari bersama penari) dan repén (nyanyian yang tidak ditarikan), yang berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Terkadang, dalam pertunjukan ini, terjadi kekacauan yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk sehingga perkelahian tak terelakkan.

Tahap terakhir yaitu seblang subuh yang merupakan bagian penutup seluruh rangkaian pertunjukkan Gandrung Banyuwangi. Setelah selesai maju dan istirahat sejenak, seblang subuh dimulai. Tahap ini diisi tarian dengan pantun-pantun penuh nasihat dan permohonan maaf penari atas kekurangan dalam pertunjukan.


Pandangan seseorag terhadap ini

Penari Gandrung seringkali mendapatkan citra negatif di tengah masyarakat luas. Beberapa kelompok sosial tertentu, terutama santri, menilai bahwa penari Gandrung adalah perempuan yang berprofesi sangat negatif dan mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan, bahkan terdiskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.
Bagian maju pada rangkaian pertunjukan Gandrung Banyuwangi yang terkadang terjadi kekacauan (perkelahian) di dalamnya akibat para penonton yang menunggu giliran atau mabuk bisa memperkuat pandangan negatif masyarakat terhadap kesenian ini, seperti apa yang dikatakan Soemitro Hadi dalam video tersebut, “Pada tahapan inilah sering muncul kegiatan atau adegan yang kadang-kadang di luar norma” dan “Lebih tragis lagi apabila suasana ini dipacu dengan panasnya minuman keras sehingga penyajian dari Gandrung itu sendiri semakin tidak pantas. Mungkin hal inilah yang menjadi sebab menurunnya minat atau menurunnya apresiasi masyarakat, bahkan menurun pula minat dari para generasi muda untuk menjadi penari Gandrung”.Mengetahui pandangan masyarakat tersebut, dapat kita pahami bahwa pandangan manusia dapat terbentuk dari informasi yang beredar dan pengamatan sekilas maupun peninjauan langsung dan pengamatan menyeluruh. Apalagi pandangan itu berasal dari kelompok sosial yang berbeda dengan pola pikir yang sensitif terhadap perbedaan norma dan budaya yang mereka anut. Dampaknya juga beragam. Contohnya dalam video ini, diperkirakan pertunjukan Gandrung yang tidak pantas menyebabkan kurangnya minat dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian Gandrung. 

REFERENSI


https://www.youtube.com/watch?v=cQNoo3Cqt2I&feature=youtu.be
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi


Senin, 11 April 2016

Kisah Cinta yang Tidak Direstui (Manusia dan Cinta Kasih)



 KISAH CINTA YANG TAK DI RESTUI
Salung (kasih tak sampai)
“salung “merupakan alat tiup yang merupakan pengiring dendang tradisional  minang kabau dalam tradisi saluang dendang kegembiraan,kesedihan kerinduan,hati masarakat dapat di tuangkan melalui pantun saluang dendang.dewasa ini alat tiup seluang ada yang di laras sesuaituntunan komposisi musik reaksi baru dan musik populer,karna sudah memasyarakat ,kehidupan musik saluang dendang maka kesenianan ini tidak kawatir dengan inovasi.

Manusia dan cinta kasih
Adanya cinta kasih antara kembang desa dan pemain saluang .yang di ana mereka mencintai 1 sama lain.
Manusia dan penderitaan
Adanya ke tidak setujuan  di antara kedua cinta mereka,yang di mna kisah cinta mereka tidak di restui dari ibu dari sang perempuan.yang mereka membut patah hati
Manusia dan pandangan hidup
Belajang meniup seluang itu harus serius dan jangan sesuka hati,seperti peppatah ,berburu ke padang datar dapat rusa belang kaki berburu ke palang ajar bagaikan bunga kembang tak jadi.
Kata kata tersebut kita harus melakukan  pekerjaan jangan setengah hati.harus sungguh sungguh dan ulet